Menuruni gunung, kegiatan yang mau tak mau harus di lakukan, karena tak mungkin kita main lompat dari puncak gunung. Dan perhatian khusus perlu di berikan, karena saat turun gunung kita sudah di landa lelah setelah berjalan mendaki. Turun dalam keadaan lelah dan membawa tas punggung merupakan masalah tersendiri, karena seluruh berat badan otomatis akan mendorong kebawah, sehingga kaki mendapatkan beban tambahan. Otot kaki bekerja lebih berat, karenanya kemungkinan tergelincir, terguling, atau bahkan sampai terkilir. 

Makin panjang lereng gunung yang dituruni, makin cepat kita terseret kebawah, segera mengambil tindakan untuk menghentikannya, yaitu dengan mendaratkan kaki dibatu yang menonjol atau menancapkan tumit kaki ke tanah yang gembur atau berpasir. Jangan berjalan turun dengan badan doyong ke depan, sehingga menyebabkan berat tubuh tidak sepenuhnya di atas kaki, jagalah agar berat tubuh itu tetap di atas kedua kaki.



Sebelum turun, ikatlah tali sepatu lebih kencang daripada biasanya. Tekanan berat badan ke depan pada waktu turun akan menyakitkan jari - jari kaki yang terdorong dan tertekuk di ujung sepatu, terutama apabila sepatu yang dipakai kurang cocok ( pinjaman ). Mengikat tali sepatu dengan kencang akan membantu agar telapak kaki tidak mudah bergeser dan membuat jari - jari kaki tertekuk.

Turun di lereng berpasir akan terasa menyenangkan bila kita melakukan gerakan merosot dengan menggunakan gelinciran telapak sepatu. Untuk menghentikan gerakan merosot terlalu jauh, jejakkanlah tumit sepatu sedalam - dalamnya ditanah berpasir itu pada saat yang diperlukan. Tehnik ini bisa menyebabkan sepatu kita kemasukkan pasir dan kerikil. PakailahGaiter untuk mencegahnya. Jangan keluar dari lintasan yang sudah ada, lebih - lebih memotong jalan setapak sehingga harus menuruni tebing yang curam.

Kalau terpaksa keluar dari lintasan yang ada, selalu berjalanlah diatas punggung - punggung gunung. Hindari jalan di ceruk - ceruk atau mengikuti sungai - sungai di bawah punggungan gunung. Sungai memang tampaknya menunjuk arah yang gampang di lalui untuk menuju ke bawah, tetapi mengikutinya berbahaya sekali. Sungai - sungai di gunung sering kali berupa tebing - tebing curam dan membentuk air terjun, sehingga sukar dituruni tanpa alat - alat khusus. Banyak kecelakaan yang di buat seorang pendaki pemula karena kesalahan mengikuti sungai di gunung. Jalan setapak yang tak jelas disebabkan karena sering kurang dilalui, biasanya merupakan lintasan penebang - penebang kayu. Kalau akhirnya anda terjebak dan kehilangan jalan setapak, pilihlah lintasan dengan prinsip tetap di atas punggungan gunung, bukan berjalan di ceruk - ceruk atau mengikuti aliran sungai.

Berhati - hatilah melewati daerah kawah dan sekitarnya, karena tidak jarang sering di jumpai gas beracun. Perhatikan apakah lintasan yang dilalui merupakan daerah yang gersang dan tak di jumpai tumbuhan apapun, bisa jadi itu pertanda ada gas beracun. Kalau kepala anda terasa pusing - pusing, segera hindari dan carilah tempat yang berudara segar untuk mengembalikan keadaan.

” Banyak orang awam mengira, bahwa meneguk minuman keras merupakan cara yang baik untuk menghangatkan tubuh. Dugaan ini salah sekali, sebab minuman keras menyebabkan pembuluh darah kulit mengembang, sehingga membuat udara dingin dapat peluang untuk masuk ke dalam tubuh. Lagi pula, meneguk minuman keras dapat menyebabkan mabuk, sehingga tentunya tak baik bagi pejalan - pejalan kaki di gunung.”

Gunung - gunung yang sering di daki mempunyai jalan setapak yang jelas kelihatan. Apa bila anda melihat beberapa jalan setapak pada suatu lintasan, segera memutuskan untuk mengikuti jalan setapak yang paling jelas kelihatan atau bila terlihat banyak sampah di sepanjang lintasan itulah jalan setapaknya. Seorang Pendaki asal Perancis menuliskan kata - kata berupa sindiran kepada Pendaki Gunung Indonesia,  kata - kata itu dituliskan pada sebuah buku tamu di pos pendakian Gunung Rinjani, Lombok. NTB.