

blog anak sawah
Objek arkeologi prasejarah merupakan semua tinggalan arkeologi yang berasal dari mulai adanya unsur kebudayaan pertama dan berakhir pada saat manusia mulai mengenal tulisan. Di Indonesia pembabakan jaman prasejarah di bagi berdasarkan atas kehidupan sosial ekonomi masyarakat pendukungnya. Pembabakan tersebut terdiri atas:
- Masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana (Paleolithikum)
- Masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut (Mesolithikum)
- Masa bercocok tanam (Neolithikum)
- Masa perundagian (Bronze Age)
Tinggalan arkeologi pada masa prasejarah dapat dicontohkan antara lain: peralatan dari batu dan perunggu, peralatan dari tanah liat, tempat bermukim, fosil-fosil manusia, binatang dan lain sebagainya.
Objek arkeologi masa sejarah merupakan semua tinggalan arkeologi yang berasal dari sejak munculnya budaya tulis hingga pada masa lima puluh tahun lalu. Objek tersebut dapat dikategorikan:
- Objek periode Klasik, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh Hindu-Budha, seperti: candi, prasasti dan lain sebagainya.
- Objek periode Islam, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh kebudayaan Islam, seperti: nisan, masjid dan lain sebagainya.
- Objek periode Kolonial, yaitu objek yang berasal sejak pengaruh budaya Eropa, seperti: benteng, gereja dan lain sebagainya.
- Data Historis, yaitu data arkeologi yang berupa tulisan, misalnya: prasasti, sumber-sumber sastra dan lain sebagainya.
- Data Non-Historis, yaitu tinggalan manusia yang pernah dibuat, dipakai, dibuang tanpa adanya tulisan, misalnya: alat-alat batu, gua dan lain sebagainya.
- Movable Data, yaitu data yang dapat dipindahkan, misalnya: arca, alat-alat batu dan lain sebagainya.
- Non-Movable Data, yaitu data yang tidak dapat dipindahkan, misalnya: candi, pertirtaan, gua dan sebagainya.
- Artefak, yaitu hasil buatan manusia dari pengubahan benda alam baik sebagian maupun keseluruhan, misalnya: prasasti, arca, alat-alat batu dan perunggu dan lain sebagainya.
- Fitur, yaitu artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak tempat kedudukannya (matrix), misalnya: candi, masjid, gua dan lain sebagainya.
- Ekofak, yaitu benda dari unsur alam yang pernah digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia, misalnya: sungai, bentang lahan dan lain sebagainya.
Mendaki Semeru setelah Ranu Gumbolo, para pendaki akan segera bertemu dengan kawasan berhutan lebat, dan dari situlah para pendaki biasanya akan menemukan suasana misteri yang bernuansa mistik. Maka tak heran bila disana oleh para penduduk setempat di beri gelar hutan mistik. Sebabnya banyak pendaki yang tersesat memasuki hutan tadi walaupun telah berulang kali mendaki Semeru. Orang Jawa mengatakan, “oyot kesimpar”. Artinya, seseorang akan dibuat linglung dan hanya berputar - putar di jalan yang itu - itu saja selama waktu yang panjang. Di kawasan ini, para pendaki harus memperbanyak do’a kepada Sang Pencipta dan mengurangi sikap sombong dan bercanda yang kurang perlu.
Selepas hutan, akan bertemu sebuah dataran lapang yang menyimpan banyak misteri. Inilah yang dinamakan Arcopodo. Artinya adalah arca kembar. Dalam legenda Mahameru, diceritakan bahwa di tempat tersebut terdapat dua buah arca yang berdiri kembar. Pendirinya adalah prajurit dari jaman kerajaan Majapahit. Hanya, keberadaan arca tersebut tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. Hanya orang yang memiliki “kelebihan” saja yang bisa mengetahui keberadaan arca kembar tersebut. Dan yang melihatnya pun, masing - masing memiliki beragam versi terkait wujud arca kembar tersebut.
Menuruni gunung, kegiatan yang mau tak mau harus di lakukan, karena tak mungkin kita main lompat dari puncak gunung. Dan perhatian khusus perlu di berikan, karena saat turun gunung kita sudah di landa lelah setelah berjalan mendaki. Turun dalam keadaan lelah dan membawa tas punggung merupakan masalah tersendiri, karena seluruh berat badan otomatis akan mendorong kebawah, sehingga kaki mendapatkan beban tambahan. Otot kaki bekerja lebih berat, karenanya kemungkinan tergelincir, terguling, atau bahkan sampai terkilir.
Makin panjang lereng gunung yang dituruni, makin cepat kita terseret kebawah, segera mengambil tindakan untuk menghentikannya, yaitu dengan mendaratkan kaki dibatu yang menonjol atau menancapkan tumit kaki ke tanah yang gembur atau berpasir. Jangan berjalan turun dengan badan doyong ke depan, sehingga menyebabkan berat tubuh tidak sepenuhnya di atas kaki, jagalah agar berat tubuh itu tetap di atas kedua kaki.