LOKAWISATA BATURRADEN

Lokawisata Baturraden terbentang di sebelah selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 m di atas permukaan laut. Baturraden terletak hanya 14 km dari Kota Purwokerto yang dihubungkan dengan jalan yang memadai. Di tempat wisata ini Anda dapat menikmati pemandangan indah & udara pegunungan yang segar dengan suhu 18' Celcius - 25' Celcius. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 m, merupakan gunung berapi terbesar dan gunung tertinggi ke-2 di Jawa. Jika cuacanya bagus, Kota Purwokerto dapat terlihat dari Baturraden, begitu juga dengan Cilacap dan Nusa Kambangan. Ketika kita melihat gunung Slamet, kita dapat melihat lereng gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan Heterogen.
Taman Rekreasi di Baturraden menyajikan alam pegunungan & lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas Belerang "Pancuran-3". Di tempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, menara pandang, Taman Botani, Kolam Renang.
Tempat pemandian air panas, Kintamani, kolam luncur, sepeda air, kereta gantung, & kebun binatang Widya Mandala. 

CURUG CIPENDOG

Terletak di Desa Karang Tengah - Kecamatan Cilongok, kurang Lebih 20 km dari kota Purwokerto. Obyek wisata in berupa Air Terjun dengan ketinggian 92 meter yang dikelilingi oleh pemandangan alam & hutan yang indah.

CURUG CEHENG

Terletak di Kecamatan Sumbang, sekitar 18 km dari Purwokerto, berupa air terjun yang indah dengan begitu banyak kelelawar yang beterbangan di sekitarnya. 

PEMANDIAN KALIBACIN

Terletak di Desa Tambak Negara kecamatan Rawalo 17 km dari Purwokerto. Objek wisata ini merupakan peninggalan sejarah jaman Belanda terbukti dengan prasastinya. Dikenal dengan nama Wisata Husada, karena wisatawan disamping dapat menikmati keindahan alamnya sekaligus dapat menyembuhkan penyakit kulit dan tulang. 
 
DESA WISATA KETENGER

Desa Ketenger Kecamatan Baturraden adalah desa wisata yang berfungsi sebagai penyangga utama obyek wisata Baturraden. Dengan potensi alamnya yang benar-benar diandalkan sebagai potensi wisata, seperti Curug Gede, Curug Kembar, Curug Kabayan. Di samping itu masih ada Rumah Putih, Jalan Kereta Tebu (Jawa: LORI); dan Wisata Pendidikan. 
Dengan kesejukan alamnya dan pengairan yang baik, dua hal ini yang oleh masyarakat Desa Wisata Ketenger dimanfaatkan untuk menanam bunga potong dan kolam pancingan, sehingga itu semua bisa menambah daya tarik bagi wisatawan.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Ketenger dapat menikmati indahnya suasana malam hari dengan hiburan kesenian seperti Calung, Ebeg, Band/Orkes Melayu ataupun Genjring. Masyarakat di Desa Wisata Ketenger menyediakan Home Stay sebanyak 41 rumah dengan kamar tidur sejumlah 74, dengan fasilitas cukup memadai. Bagi wisatawan mancanegara tidak perlu repot karena tenaga guide berbahasa Inggris telah siap, sekaligus tersedia berbagai cinderamata khas setempat.
Masyarakat di Desa Wisata Ketenger telah mampu membuat kerajinan tangan berupa tas tangan dari mute, meja-kursi atau patung dari akar pohon dan makanan khas Banyumas. Itulah potensi yang terkandung di desa Wisata Ketenger Kecamatan Baturraden, yang masih terus diupayakan peningkatannya demi kepuasan wisatawan.

HARI JADI KABUPATEN BANYUMAS 

Hari Jadi Kabupaten Banyumas (berdiri 5 April 1582) yang diiringi oleh seluruh Punggawa Banyumas dengan Pakaian Tradisional dari Pendodo ex Kotatip Purwokerto menuju Pendopo Si Panji Kabupaten Banyumas yang dilaksanakan setiap tanggal 5 April. 

PENJAMASAN JIMAT KALISALAK

Pencucian benda-benda keramat dari Peninggalan Sunan Amangkurat 1 dari kerajaan Mataram. Prosesi siraman jimat dilaksanakan setiap tanggal 12 & 13 bulan Maulud. Konon prosesi ini dapat dijadikan media ramalan hal-hal yang akan terjadi dalam tahun berikutnya yaitu dengan melihat tambah atau berkurangnya benda-benda jimat itu.

PENJAROAN
Penjaroan merupakan kegiatan pemasangan pagar yang terbuat dari bambu sebagai tanda peringatan tahunan meninggalnya Syekh Kyai Mustholih yang dimakamkan disekitar Masjid Saka Tunggal. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 26 & 27 Rajab.

Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera Cikakak 

Masjid Saka Tunggal terletak di desa Cikakak, Kecamatan Wangon dibangun pada tahun 1522 M. Masjid ini berjarak ± 30 km dari kota Purwokerto. Disebut Saka Tunggal karena tiang penyangga bangunan dulunya hanya berbentuk satu tiang (tunggal) . Di sekitar tempat ini terdapat hutan pinus dan hutan besar lainnya yang di huni oleh ratusan ekor kera yang jinak dan bersahabat, seperti di Sangeh Bali.

Goa Maria Kaliori

Goa Maria "Kaliori" terletak di perbukitan yang hijau membentang dlengan suasana sejuk dan nyaman di Desa Kaliori, kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Prakarsa pembangunan tempat ziarah ini bermula dari beberapa aktivitas umat Katolik di Banyumas, yang kemudian mendapat tanggapan dan dukungan sepenuhnya dari Pastor Paroki di Purwokerto beserta umatnya.
Pembangunan Goa Maria "Kaliori " dimulai pada tanggal 15 Agustus 1989 dengan ditandai Peletakan Batu Pertama oleh Uskup Purwokerto Mgr. P. S. Hardjasoemarta MSC. Suatu peristiwa bersejarah bagi Goa Maria "Kaliori" dimulai pada tanggal 10 Oktober 1989, dimana di dalam Misa Agung di Yogyakarta, Bapa Suci Yohanes Paulus II berkenan memberkati Patung Bunda Maria dan menandatangani Prasasti Goa Maria "Kaliori", selanjutnya pada tanggal 8 Desember 1989 Goa Maria "Kaliori" diberkati dan diresmikan penggunaannya.
Semenjak itu pembangunan tempat ziarah umat Katolik tersebut berlanjut terus. Berbagai fasilitas, seperti : Kapel "Ratu Surga", Jalan Salib, Taman Rosario Hidup, Pendopo bagi para peziarah, dan yang terakhir dibangun adalah Rumah Retret "Maria Immaculata", dengan kapasitas 150 orang sekarang sudah tersedia bagi peziarah sehingga Goa Maria "Kaliori" menjadi salah satu tempat ziarah yang terlengkap di Indonesia.
Dalam rangka pengembangan lokasi tempat Ziarah ini, maka Keuskupan Purwokerto menyerahkan pengelolaan Goa Maria "Kaliori" kepada Konggregasi Oblat Maria Imakulata (OMI) yang memiliki kharisma di dalam pengelolaan Goa Maria di berbagai negara di dunia.