Debu vulkanik setinggi 4 kilometer membumbung dari puncak Gunung Merapi, Kamis (4/11). TEMPO/ Arif Wibowo
TEMPO Interaktif, Purwokerto – Tidak semua warga Purwokerto, Jawa Tengah, mengeluh dengan turunnya hujan abu vulkanik Merapi di kota tersebut. Turunnya hujan abu disambut gembira oleh petani Banyumas yang saat ini sudah memulai menggarap tanahnya.

“Bisa dipastikan hasil panen kami akan naik,” ujar Sunarso, 50 tahun, petani Desa Babakan Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Kamis (4/11).

Sunarso mengatakan, abu vulkanik bisa menyuburkan tanah sawah miliknya. Hal itu berdasarkan pengalamannya saat Gunung Galunggung meletus pada 1982. Saat itu, kenang Sunarso, hasil panen petani meningkat setengah kali lipat dibanding panen biasanya.

Hujan abu pertama kali dirasakan oleh masyarakat Purwokerto yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Merapi, Rabu (3/11) sekitar pukul 19.00 WIB. Hingga Kamis pagi, hujan abu masih turun sehingga mengganggu pengguna jalan seperti anak sekolah, pegawai negeri, dan karyawan pabrik. Mereka terpaksa menggunakan masker agar tidak mengganggu pernafasan.

Bahkan untuk mengatur lalu lintas, aparat kepolisian juga harus menggunakan masker. Hujan abu membuat teras rumah kotor dan atap rumah berwarna abu-abu.

Abu vulkanik juga membahayakan wesel rel kereta api. Humas Daop V Purwokerto, Surono mengatakan pada letusan terdahulu hujan abu sempat mengganggu wesel rel kereta. Wesel tak bisa bergerak karena tertutup abu vulkanik. "Setelah dibersihkan, wesel baru mau berpindah," katanya.

Surono menambahkan, petugas teknis kereta api sudah memantau wesel rel kereta. Wesel harus diberi pelumas agar bisa berpindah.

Selain di Purwokerto, hujan abu juga mengguyur wilayah Cilacap yang berjarak sekitar 250 kilometer dari Jogjakarta. Hujan abu juga mengguyur wilayah Purbalingga, Banjarnegara, serta Kebumen.

“Abu vulkanik dibawa angin hingga mengguyur sebagian wilayah jawa tengah selatan,” terang prakirawan cuaca pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geifisika Stasiun Cilacap, Mas Pujiono.

Pujiono mengatakan, abu dibawa angin dari arah timur dan timur laut kea rah barat dan barat daya. Kecepatan angin yang membawa abu vulkanik mencapai 30 kilometer per jam. Sedangkan jarak Merapi ke Cilacap sekitar 250 kilometer. Abu tersebut dibawa angin dengan ketinggian 7.000-10.000 kaki di atas permukaan tanah.