Amrit, deckhand on board the Rainbow WarriorAmrit, Crew Kapal Rainbow Warrior, Asal India
Salam dari Kapal Rainbow Warrior II – Kapal yang telah lama menjadi simbol perjuangan Greenpeace membela lingkungan. Untuk kamu yang belum tahu, Rainbow Warrior I atau yang pertama telah terbaring dan menyatu dengan dasar laut bersama kehidupan laut lainnya di perairan Selandia Baru. Kapal ini adalah pengakuan yang sebenarnya bagi komitmen dan dedikasi organisasi ini kepada lingkungan dan aksi damainya yang tanpa kekerasan. Ia di bom oleh agen rahasia Perancis di tahun 1985 karena misinya yang tak pernah henti melawan uji coba nuklir. Sebuah aksi anti perang yang mengubah arah sejarah peradaban manusia selamanya, bersama dengan sejarah Greenpeace.
Kapal Rainbow Warrior seharusnya merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada 13 Oktober lalu. Kami berharap untuk dikunjungi oleh para pejabat tinggi Indonesia dan juga masyarakat yang peduli pada bumi ini. Namun, tak satupun yang terlaksana.
Pada 13 Oktober kami diberitahukan oleh Otoritas Pelabuhan bahwa kami tidak diperbolehkan untuk masuk karena masalah perizinan yang belum keluar. Itu hal yang cukup mengejutkan, tapi kami terus terang tidak terlalu kaget. Namun dalam perjalanan semuanya menjadi semakin jelas hari demi hari, bahwa ada kepentingan dan rencana yang terlibat untuk menjauhkan Rainbow Warrior dari Indonesia. Rainbow Warrior sepertinya harus menunggu izin dari Menteri Luar Negeri yang tampaknya proses perizinan tersebut hanya dilamunkan saja. Mereka hanya melamun dan melamun saja. Hari ini 21 Oktober dan mereka terus melamun tanpa berbuat apa apa, meski teman-teman kami di Indonesia telah mengajukan izin untuk masuk sesuai prosedur yang berlaku di Indonesia. Sementara itu penghancuran hutan Indonesia masih terus berlangsung.

Agus, kru Rainbow Warrior asal Indonesia, © Noom Srithanomwong
Sementara itu, kami para kru Rainbow Warrior mulai kehabisan makanan. Sebagai aktivis lingkungan, kami tentu juga butuh sesuatu untuk dimakan. Maka, pada 20 Oktober kemarin kami diberitahukan bahwa kami dapat mendekat ke pelabuhan dan mengambil makanan yang dikirimkan melalui kapal. Pemerintah sepertinya  mengizinkan kami mendekat untuk mengisi ulang kapal dengan suplai makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Walter, koki kami yang sangat hebat, sudah sangat merindukan datangnya tomat segar, dan sayuran lainnya, untuk membuat kari dan sup andalannya. Sayangnya, impian itu musnah seketika, dua kapal perang Indonesia muncul di cakrawala yang pastinya tidak membawakan suplai untuk kami. Andaikan pemerintah mampu untuk menghentikan deforestasi secepat mereka memerintahkan kapal perang mereka untuk mendekati kami.

The Rainbow Warrior dikawal kapal perang TNI AL, ©Noom Srithanomwong
Mereka mengawal kami dan memerintahkan Rainbow Warrior keluar sejauh 25 mil pada kecepatan penuh. Kamipun mematuhinya dengan penuh rasa hormat. Belakangan, kami mendengar dari radio bagaimana mereka bersorak merayakan keberhasilan mereka menghalau
Perjalanan Rainbow Warrior menuju Jakarta. Duka saya yang sangat dalam bagi Walter yang malang. Sepertinya hanya akan ada nasi dan air saja untuk kami sepanjang perjalanan menuju pelabuhan berikutnya. Mahatma Gandhi rela menjalankan puasa sampai mati demi kemerdekaan India. Kita tentu saja juga bisa untuk mengurangi sedikit dari kenikmatan yang biasa kita dapat untuk bumi ini.

kru kapal Rainbow Warrior membentangkan spanduk saat melakukan telewicara dengan supporter dan anak-anak yang tetap menunggu di Pelabuhan Tj. Priuk. © Greenpeace
Saya masih merasa gembira akan rencana perjalanan kami ke Indonesia. Kami mungkin tidak menerima sambutan yang terbaik dari Pemerintah Indonesia. Tapi fakta dimana mereka berani berbuat sejauh itu hanya untuk menjauhkan Rainbow Warrior dari perairan Indonesia memberikan harapan dalam diri saya bahwa kami pasti telah melakukan sesuatu yang benar. Aku hanya merasa sangat kecewa dan sedih karena salah satu teman kami, kru kapal bernama Noom, ahli kelistrikan dari Thailand, tidak bisa segera pulang pada istrinya yang tengah hamil akibat dari tindakan Pemerintah Indonesia, padahal menurut perkiraan dokter, dia akan menjadi ayah dalam waktu dekat ini.
Untuk Planet Bumi, Dan semua Manusia di dalamnya
Damai.
Amrit